Belakangan ini media digegerkan dengan semakin memburuknya perekonomian di
Indonesia, khususnya dalam hal nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Lambat
laun, mata uang negara terus menurun dan melemah dibandingkan dengan US dollar
dan bahkan pada Senin, 24 Agustus kemarin mencapai titik nadir hingga menembus
angka Rp 14.000,00 untuk 1 US Dollar. Banyak sekali kalangan yang berkata bahwa
pelemahan rupiah ini akan berdampak sangat buruk pada perekonomian nasional,
termasuk diantaranya di dunia properti. Namun, salah satu pakar properti Jawa
Tengah justru menuturkan hal yang berkebalikan.
MR Prijanto, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) menuturkan bahwa
pelemahan rupiah tidak akan berdampak banyak pada bisnis properti, khususnya
pada harga rumah di area Jawa Tengah yang mana untuk rumah-rumah bagi kalangan
menengah ke atas justru cenderung cukup stabil. Beliau menuturkan bahwa
sekarang justru terjadi salah satu fenomena yang sangat menarik mengingat
beberapa jenis bahan bangunan layaknya semen dan besi justru tidak mengalami
kenaikan dan bahkan cenderung menurun, sangat kontras dengan banyaknya
spekulasi bahwa harga dari sejumlah komoditi, khususnya barang impor yang akan
mengalami kenaikan dengan sangat signifikan.
Stabilnya harga bahan bangunan tersebut membuat harga-harga rumah pun
menjadi stabil dan cenderung sangat aman. Prijanto berkata bahwa, rumah-rumah
dengan tipe kecil dengan tipe 36 dan luas tanah di bawah 90 meter persegi masih
memiliki harga yang stabil sekitar Rp 250 juta hingga Rp 300 juta, namun, harga
tersebut justru lebih disebabkan oleh tingginya harga tanah di area kota.
Meskipun harga rumah tetap stabil, Prijanto sendiri mengiyakan jika daya beli
rumah pun sedikit terkoreksi karena banyak sekali masyarakat yang kini justru
memilih untuk wait and see sebelum melakukan pembelian rumah.