Banyak orang yang membicarakan kondisi perekonomian nasional yang cenderung
melemah belakangan ini sehingga mengkhawatirkan banyak orang yang tidak ingin
mengalami krisis layaknya pada tahun 1998 silam. Beberapa pakar bahkan
memprediksi jika kondisi ini akan sangat berpengaruh besar bagi penjualan rumah minimalis dan berbagai bidang
properti lainnya. Dalam ketakutan akan lesunya penjualan rumah minimalis ini, banyak pihak justru lebih menunjukkan sisi
optimis dimana dunia properti akan mampu bertahan dan bahkan mengarah ke sisi
positif.
Meskipun kondisi perekonomian lesu, General Manager Marketing salah satu
perusahaan properti terbesar tanah air, PT Ciputra Residence, Yance Onggo
meyakini bahwa optimisme harus tetap dijaga karena memang pasar properti di
Indonesia masih besar dan bahkan hampir tidak akan ada habisnya. Beliau
menuturkan bahwa di Indonesia sendiri tercatat masih kekurangan rumah sekitar
15 juta unit dengan 70 persen diantaranya justru didominasi oleh kelas menengah
ke bawah yang biasanya merupakan rumah
minimalis. Kekurangan jumlah rumah tersebut tentu sangatlah banyak
mengingat banyak kota-kota di tanah air bahkan yang hanya berpenduduk puluhan
hingga ratusan jiwa saja.
Yance bertutur bahwa disamping peranan pengembang properti dalam membangun rumah minimalis dengan harga yang terjangkau
dan layak dihuni, peran pemerintah juga harus besar khususnya dalam membangun
regulasi yang dapat membuat masyarakat pun mau membeli rumah minimalis yang telah dibangun karena memang rumah-rumah
tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Regulasi yang mendukung semakin larisnya properti, layaknya dengan adanya
subsisi dimana masyarakat dapat membayar uang muka Rp 4 juta saja dengan
cicilan yang rendah tentu akan terus membangkitkan dunia properti tanah air. Jika
memang begini, maka perekonomian nasional pun dapat semakin tertolong dan
berkembang ke arah yang lebih baik.