Rumah
yang sehat secara fisik saja belum cukup. Masih ada satu unsur lagi yaitu unsur
psikologi yang juga harus dipenuhi. Kalau rumah hanya sekedar nyaman secara
fisik saja masih belum mencakup kebutuhan kita akan hunian yang nyaman.
Rumah yang sehat sebaiknya tingkat kebisingannya juga
rendah. Tempat yang sangat bising, seperti di tepi rel kereta api, berdekatan
dengan pusat
keramaian sebenarnya bukan yang
disarankan sebagai tempat tinggal. Memang benar biasanya tempat-tempat yang dekat dengan keramaian
atau sumber kebisingan seperti itu sudah banyak digunakan sebagian orang. Namun
hal itu sebenarnya mereka rendah toleransinya terhadap stres. Artinya mereka akan sangat
mudah ‘meledak’ emosinya kalau ada situasi yang membuat mereka stres.
Setelah
itu juga perlu adanya ruang gerak yang mumpuni. Itu sebabnya ada ukuran minimal yang dibutuhkan oleh setiap orang. Susana
berantakan yang tak sedap dapat membuat kita tidak nyaman secara psikologis tinggal di
rumah tersebut.
Penataan cahaya, rumah dan warna ternyata juga bukan urusan estetika ruangan
saja. Ruangan yang rapi, bersih dan enak dipandang mata juga merupakan cermin kesehatan mental sesorang secara psikologis.
Perhatikan pula urusan
pencahayaan dan warna. Pencahayaan yang minim bisa membuat seseorang kurang
bersemangat atau kurang termotivasi. Sebaliknya, terlalu terang juga membuat
orang lelah dan serasa kehabisan energi. Begitu pula dengan penataan warna. Ada
trik-trik khusus agar warna-warna ruangan di rumah Anda memberi efek psikologis
yang lepat bagi enghuninya. Misalnya saja warna biru pada kamar adalah pilihan yang tepat
karena warna biru dapat memberikan efek ketenangan. Sudah sepatutnya penghuni
rumah merasa betah, nyaman, sehat
dan aman. Memang demikianlah fungsi sebuah rumah bukan?
#rumahdijual